Ibu Lintje Anna Marpaung dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Hukum Tata Negara di Universitas Bandar Lampung (UBL), Sabtu (10/12/2016). Dalam pengukuhan di di aula gedung Pasca Sarjana UBL, Ibu Lintje menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Politik Hukum Pemekaran Daerah Berbasis Kearifan Lokal dan Daerah Ideal”. Ibu Lintje memaparkan fenomena pemekaran daerah harus memperhatikan kearifan lokal berupa nilai-nilai yang memengruhi norma hukum yang berkembang di masyarakat. Khusus di Lampung, kearifan lokal banyak dipengaruhi tokoh adat, tokoh agama, dan kekerabatan. “Kita punya falsafah seperti piil pesinggiri, yang masih dipegang oleh masyarakat adat,” kata dia. Menurutnya, selama ini pemekaran wilayah masih lebih didasari atas kepentingan elite politik dan belum begitu melibatkan unsur masyarakat seperti tokoh adat, agama, dan sistem kekerabatan yang banyak berkembang di suatu wilayah. Ia menilai pemekaran masih sebatas perebutan posisi strategis. Ini yang kemudian menyebabkan konflik di sejumlah daerah, baik sebelum maupun sesudah pemekaran. Dalam orasinya Ibu lintje menyoroti pentingnya memperhatikan norma-norma hukum yang berkembang dengan pendekatan perspektif filosofis, perspektif antrpologis, sosial, dan yuridis. Penjaringan aspirasi masyarakat yang melibatkan unsur kearifan lokal amat penting. Jika tidak memepertimbangkan hal tersebut, menurut Ibu Lintje, pemekaran pemekaran daerah tidak serta merta menciptakan keadaan yang lebih baik, justru meninggalkan permasalahan yang berlarut-larut seperti permasalahan tapal batas yang kerap memunculkan konflik antar masyarakat. Pengukuhan guru besar ini dihadiri Koordinator Kopertis Wilayah II Slamet Widodo, Ketua Dewan Pembina Yayasan Administrasi Lampung Sri Hayati Barusman, serta Rektor UBL Yusuf Barusman. Rektor UBL, Yusuf Barusman mengatakan penelitian Lintje yang mengangkat kearifan lokal membuktikan bahwa teori lokal kini sangat mungkin untuk dijadikan kajian berbagai keilmuan guna menghasilkan teori baru. “Selama ini kita cenderung berkiblat pada teori-teori Barat, padahal kita memiliki banyak kearifan lokal yang sangat memungkinkan menjadi sumbangan untuk dunia keilmuan dengan lokal teori,” tutur Yusuf.